Dalam tafsir Al-Burhan, dan Ibnu Babuwaih, yang bersanad kepada Jabir bin
Abdullah Al-Ansari, ia mengatakan:
Ketika Allah menurunkan kepada Nabi-Nya ayat: “Wahai orang-orang beriman,
taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada Rasul dan Ulil-Amr di kalangan kamu.”
(An-Nisa: 59)
Aku bertanya: Wahai Rasul Allah, kami telah mengetahui Allah dan Rasul-Nya,
tetapi siapakah Ulil Amri yang Allah telah kaitkan ketaatan kepada mereka dengan
ketaatan kepadamu? Nabi menjawab: “Wahai Jabir, mereka itu adalah para
penggantiku dan Imam ummat Islam sesudahku: Pertama, Ali bin Abi Thalib,
kemudian Al-Hasan, kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Al-Husein, kemudian
Muhammad bin Ali yang terkenal dalam Taurat dengan gelar Al-Baqir. Wahai Jabir
kamu akan menjumpainya dan jika anda menjumpainya sampaikan salamku kepadanya,
kemudian As-Shadiq Ja'far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja'far, kemudian Ali
bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan
bin Ali, kemudian dua nama Muhammad dan dua gelar Hujjatullah di bumi-Nya dan
Baqiyatullah bagi hamba-hamba-Nya, Ibnu Al-Hasan, dialah yang Allah bukakan
sebutan namanya di belahan bumi bagian Barat dan Timur, dialah yang ghaib dan
para pengikutnya dan kekasihnya, yang keghaibannya menggoyahkan keimamahan
kecuali bagi orang-orang yang Allah kokohkan keimanan dalam hatinya. Selanjutnya
Jabir berkata:
Aku bertanya kepada Rasulullah, wahai Rasul Allah, apakah
keghaibannya memberi kan manfaat kepada para
pengikutnya? Rasulullah menjawab:
“Demi zat yang mengutusku dengan Nubuwah, sungguh mereka mendapatkan cahaya
sinarnya,
dan memperoleh manfaat dengan wilayahnya dalam keghaibannya seperti
manusia mendapat manfaat dari matahari walaupun ia tertutupi oleh awan. Wahai
Jabir, ia tersembunyi oleh rahasia Allah dan terpelihara oleh ilmu Allah, maka
Allah menyembunyikan
kecuali dan Ahlinya.”